Kura-Kura dan Bangau
Nama : The, Catharine Shirley Angeline
Judul Buku : Kura-Kura dan Bangau
Jenis Buku : Fiksi
Pengarang :
Rofiq Arochman
Penerbit :
MAT PLUS BANDUNG
Tahun Terbit : 2013
Jumlah halaman : 24
Musim kemarau baru berjalan tiga puluh lima hari, namun air di
telaga di tengah savana itu cepat sekali surutnya. Di sanalah
berbagai marga satwa saling bertemu, bercengkrama, bermain-main air
bahkan tak jarang perkelahian terjadi disebabkan oleh ego masing-masing
binatang. Apalagi di saat air telaga yang tinggal sedikit seperti sekarang ini,
pertengkaran di antara mereka kian parah saja.
Ikan-ikan mulai diburu oleh predator, bahkan anak ikan yang
masih kecil sekalipun menjadi santapan yang sedap. Tumbuhan hijau di sekitar
telaga sudah meranggas, tinggal akar-akarnya saja. Hewan-hewan mulai saling
memangsa.
Syahdan, keadaan yang demikian membuat gelisah seekor bangau dan
kura-kura, dua sahabat yang demikian akrab. Mereka tahu kalau selama ini mereka
menjadi incaran seekor musang yang jahat. Jika hari masih terang, mereka bisa
berlindung di antara kawanan hewan besar yang bukan pemangsa mereka, tetapi
jika malam tiba mereka mesti waspada. Mata musang yang berkilat sering membuat
bulu kuduk berdiri. Malam yang seharusnya digunakan untuk tidur, mereka malah
terjaga sepanjang malam.
Keadaan yang demikian membuat bangau memutar otak bagaimana
menghindari bahaya. Ia pun pamit kepada sahabatnya, kalau ia ingin terbang jauh
untuk mencari telaga lain yang mungkin masih banyak airnya. Dengan berat hati,
kura-kura itu mengiyakan rencana bangau untuk sementara meninggalkannya.
Tanpa terasa sudah tiga hari bangau
pergi. Kura-kura gelisah menunggu kabar dari sahabatnya
itu. Sepanjang hari-harinya ia menengadahkan kepala ke langit untuk
memastikan kedatangan bangau membawa berita yang menggembirakan.
Betul saja, dari kejauhan bangau terbang mendekati telaga kering
dan turun di samping kura-kura.
“Tak jauh dri tempat ini ada telaga yang masih banyak airnya,
ayo kita pindah ke sana!” katanya berapi-api.
Berita yang dibawa oleh bangau sontak terdengar marga satwa
yang lain. Terjadi kehebohan. Mereka merencanakan hijrah ramai-ramai
menuju telaga yang baru. Mereka telah membuat arak-arakan yang siap berangkat.
“Wahai bangau sahabatku, bagaimana aku bisa mengikuti kalian dengan
langkah-langkah kakiku yang pendek-pendek ini? Bukankah aku nanti tertinggal
jauh dan tak dapat menemukan jejak kalian?” kura-kura menitikkan air matanya.
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kura-kura, sang
serigala terkekeh. Inilah kesempatannya menerkam kura-kura dan
mencabik-cabiknya menjadi santapan yang sedap. Bangau menyadari bahaya yang
mengintai sahabatnya. Ia merenung sejenak untuk mencari cara menyelamatkan
kura-kura.
Bangau mengambil ranting dan berkata kepada kura-kura.
“Gigitlah ranting ini dengan kencang. Aku akan membawamu terbang
menuju telaga baru. Ingat, selama kita terbang jangan pernah sekalipun kamu
membuka mulutmu. Aku ulangi, jangan pernah membuka mulutmu!”
Maka, dengan menggigit ranting dan kura-kura tergantung di sana,
bangau mulai mengepakkan sayapnya menuju telaga baru yang airnya melimpah.
Melihat hal itu, srigala mendengus kecewa oleh akal bangau dalam menyelamatkan
sahabatnya.
“Kura-kura itu harus menjadi santapanku!” geram srigala.
Dengan lantang srigala itu berteriak ke arah bangau dan
kura-kura. Bermacam kalimat ejekan ia tujukan kepada bangau dan kura-kura. Tak
hanya olok-olok yang keluar dari mulut srigala, tetapi juga kata-kata yang
memancing kemarahan. Ia sangat berharap, salah satu dari mereka membuka mulutnya.
Jika mulut bangau yang terbuka, maka ranting dan kura-kura akan jatuh ke tanah.
Sebaliknya, jika kura-kura yang membuka mulut, ia akan terpelanting dan jatuh
ke tanah.
Dua kemungkinan yang menguntungkan srigala.
Bangau dan kura-kura telah menulikan telinganya. Mereka selamat
tiba di telaga yang airnya melimpah.