Senin, 11 Januari 2016

Erwien Charisetya - 1-2- semester genap



Nama                            : Erwien Charisetya
Kelas                            : VII – 7
Nomor                : 12
Judul buku                   : Kura-Kura dan Bangau
Jumlah halaman         : 24
Jenis buku          : Fiksi
Penerbit              : Map Plus Bandung
Pengarang                   : Rofiq Arochman
Tahun terbit       : 2013

         
Pada suatu hari, di sebuah kolam hiduplah dua ekor burung bangau. Mereka bersahabat dengan seekor kura-kura. Mereka sudah berteman cukup lama. Pada suatu hari, datanglah musim kemarau yang menyebabkan kolam itu kering. Burung bangau itu berencana untuk mencari sumber air yang lain. Burung bangau itu berpamitan kepada kura-kura. Mendengar itu kura-kura sedih karena mau ditinggal oleh sahabatnya. “Teganya kalian, kita sudah berteman lama. Tetapi kalian meninggalkanku begitu saja ?”. Bangau itu menjawab “Sebenarnya kami ingin mengajak kamu, tetapi kamu tidak punya sayap untuk terbang”. Lalu kura-kura berpikir dan dia dapat ide. “Aku ada ide”, kata kura-kura. Kura-kura menyuruh bangau untuk mencari ranting pohon. “Kalian membawa ranting ini di sebelah kiri dan kanan sedangkan aku menggigit di tengahnya” ujar kura-kura. Bangau berkata “Tapi kamu harus berjanji untuk tidak membuka mulutmu selama terbang. Akhirnya mereka berangkat. Di tengah jalan, ada sekelompok monyet yang melihat kura-kura dan mengejeknya. Kura-kura ingin membalas. Tetapi ketika ia hendak membuka mulutnya, ia teringat akan janjinya pada bangau. Kura-kura langsung terjatuh. Akhirnya, ia ditinggal oleh burung bangau.

Nama                            : Erwien Charisetya
Kelas                            : 7.7
Nomor                          : 12
Judul Buku                  : Saga no Gabai Bachan    
Jenis Buku                   : Non-Fiksi        
Penulis                          : Yoshichi Shimada
Penerbit                       : Kansha Books
Jumlah Halaman        : 245 halaman
Tahun Terbit               : 2011

Jatuhnya bom atom di Hiroshima membuat Akihiro kehilangan ayahnya yang terkena akibat dari  radiasi bom atom. Kemudian, dia tinggal bersama ibunya yg membuka usaha bar di Hiroshima. Suatu hari, Akihiro mengantar Bibi Kisako ke stasiun untuk pulang ke Saga. Akihiro malah didorong ibunya masuk kereta,lalu Akihiro menuju ke Saga bersama bibinya. Di Saga, Akihiro dititipkan pada neneknya yang berkerja sebagai tukang bersih-bersih di Universitas, SD, dan SMP di Saga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka, mulailah perjalanan hidup Akihiro di Saga. Walaupun hidup miskin, nenek Akihiro bukan orang yg pantang menyerah. Ia punya ratusan ide untuk membesarkan cucunya. Contohnya ketika berjalan, ia mengikatkan magnet di belakangnya untuk menarik logam-logam yg bertebaran di jalanan. Lalu logam-logam yg didapatnya ia kumpulkan dan ia jual. Neneknya juga membentangkan galah di sungai agar benda yg mengalir disungai tertahan oleh galah itu. Dari sana nenek mendapatkan ranting atau batang pohon yg dikeringkan dan nantinya dijadikan bahan bakar. Nenek juga menyebut sungai itu sebagai  supermarket karena banyak bahan makanan yg mengalir di sana. Di hulu sungai ada pasar dan biasanya para pedagang mencuci sayur dagangannya di sungai dan ada beberapa yg hanyut terbawa arus sungai. Para pedangan itu juga membuang lobak, timun sawi yang sudah rusak atau busuk ke sungai. Pendapat nenek adalah, lobak yang berujung dua sekalipun bila dipotong dan di rebus, sama saja dengan yang lain. Timun yang bengkok sekalipun bila dipotong dan direbus tetap saja timun. Tapi bila tidak ada makanan yang hanyut nenek akan selalu berkata supermarket sedang libur dengan ekspresi yang menyayangkan. Namun, dalam keadaan apapun nenek pasti selalu ceria. Kehidupan di Saga sangat menarik, contohnya ketika Akihiro menginginkan camilan ia tidak perlu ke toko permen karena buah-buahan dapat diambil langsung dari pohon, sepuasnya.

Sedangkan untuk bermain, ia membuat pondok kecil yang ia jadikan markas rahasia diatas pohon dengan bahan baku batang kayu atau ranting pohon. Batang kayu dan ranting pohon pun banyak bertebaran dijalan. Di Saga, Akihiro bersekolah di SD Akamatsu. Karena olahraga Kendo dan Judo sempat menjadi tren disekolahnya Akihiro pun tertarik untuk mengikuti olahraga ini. Karena terkendala masalah biaya, nenek menyarankan Akihiro untuk olahraga lari. Setahun berlalu sejak hari kedatangan Akihiro ke Saga. Kemudian tibalah hari festival olahraga. Ketika lomba lari lima puluh meter untuk kelas bawah, Akihiro pun mendapat juara pertama. Ini berkat saran dari nenek Osano.walaupun Akihiro selalu menjuarai lomba lari di festival olahraga tahunan di sekolahnya, ibunya tak pernah sekalipun datang untuk menontonnya. Di sekolah Akihiro, banyak juga tren yang lain, seperti krayon. Ketika di sungai, Akihiro mendapat seekor binatang, lalu ia jual. Uang hasil penjualan digunakannya untuk membeli krayon yg sangat ia banggakan. Ketika Akihiro SMP, ia bergabung dengan klub baseball. Saat itu, klub baseball terdiri atas 15 orang anak kelas tiga dan 15 orang anak kelas dua. Karena kecepatan kaki Akihiro diakui, ia langsung diangkat menjadi pemain tetap walaupun masih kelas satu. Ketika Akihiro kelas dua dia ditetapkan menjadi kapten tim baseball. Tak disangka, Nenek Osano tanpa beban membelikannya sepatu Spike seharga 2250 yen. Hari berlalu semakin cepat. Tanpa diduga-duga Akihiro mendapatkan kabar gembira yaitu ia diterima di SMA Kouryou di Hirosima sebagai murid penerima beasiswa klub baseball. Sedih bercampur gembira yang dirasakan Akihiro. Sedih karena harus meninggalkan Saga dan Nenek. Gembira karena ia bisa tinggal bersama ibunya kembali. Neneknya menyarankan Akihiro untuk bersekolah di Sekolah Bisnis Saga karena Neneknya masih belum bisa melepas kepergian cucunya ke Hiroshima. Tetapi akhirnya Akihiro tetap memilih SMA Kouryou, dan dia berjanji kepada neneknya akan datang setiap liburan musim panas.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar